top of page

Mengenal Catatan Sejarah Budha Melalui Wisata Candi Mendut

  • de`circlehistory
  • Jun 23, 2019
  • 2 min read

Oleh: Risqi Sugiyarti


Keindahan Candi Mendut yang dikeliini pohon dan taman luas (foto:Risqi S)

Tidak hanya Candi Borobudur, di Magelang terdapat banyak candi khususnya bercorak Budha seperti Candi Mendut dan Candi Ngawen. Meski tidak terkenal seperti borobudur, candi ini bisa dijadikan wisata ketika berkunjung ke Magelang, apalagi lokasi yang tidak jauh dari Candi Borobudur bisa menjadi pelengkap destinasi wisata sejarah saat berkunjung ke Magelang.


Candi Mendut terletak di Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Candi peninggalan budha ini berdiri kokoh menghadap barat laut dan dikelilingi oleh pohon serta taman yang cukup luas. Jumlah tataran naik candi ada 14 trap, setelah menaiki tataran trap akan ditemui lorong menuju sebuah ruangan yang terdapat tiga arca raksasa. Arca tengah merupakan arca yang paling besar menunjukkan perwujudan dai Sang Budha, dimana mempunyai posisi duduk dengan dua kai menjuntai ke bawah yang menapak pada alas berbentuk teratai. Sementara itu, posisi tangan membentuk “Gestur Memutar Roda Dharma” (dharmachakrapravartanamudra). Arca sang Budha ini diapit oleh dua arca Boddhisattva. Arca yang berada di sebelah kiri memiliki posisi tangan kanan membentuk gestur varamudra (memberikan Dharma) sedangkan tnagan kiriniya dalam sisi vitarkamudra (memberikan khotbah). Pada mahkotanya, terdapat terdapat miniatur sosok Amithaba yang menunjukkan bahwa arca ini merupakan perwujudan dari Boddisattva Avalokiteshvara. Pada posisi sebaliknya, arca yang berada disebelah kanan memiliki tangan kanan yang menopang badan yang agak condong dan tangan kiri berada di depan dada, yang menunjukkan bahwa dia sedang berbicara. Tidak ada atribut yang dapat digunakan secara pasti untuk mengidentifikasi dewa apa yang direpresentasikan oleh arca ini, sehingga arca ini dapat merupakan perwujudan dari Manjusri, Maitreya, atau Vajrapani. Ada lorong yang mengelilingi badan candi. Bagian atap candi terdiri tiga tingkat dengan hiasan stupa-stupa kecil.


Candi yang terlihat saat ini bukanlah struktur pertama yang dibangun di situs ini. ini bukan merupakan bentuk awal namun hasil dari rekonstruksi. Pada tahun 1834 kberadaan mendut manarik perhatian Hindia Belanda. Setelah sebelumnya tersembunyi cungkup tanah. Banyak blok-blok batu yang diambil oleh masyarakat untuk dijadikan bahan bangunan rumah penduduk. Hingga akhirnya Hartman memulai pembersihan untuk menampakkan kembali struktur candinya secara utuh. Pada tahun 1897, beberapa perbaikan kecil dilakukan untuk mencegah keruntuhan total dari struktur candi. Dari tahun 1901 sampai dengan 1904, J.L.A Brandes, seorang arkeolog Belanda dari lembaga Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia mencoba untuk merekonstruksi strukturnya kembali, tetapi terhenti ketika beliau meninggal sebelum sempat menyelesaikan tugas poryek ini. Tugas ini kemudian diteruskan oleh Theodoor seorang insinyur Belanda pada tahun 1908 sehingga Candi Mendut saat ini dapat dinikmati secara utuh.


Untuk memasuki candi mendut, cukup membayar tiket Rp. 3500 saja. Ini pun sudah sepaket dengan candi pawon. Jadi jika sudah membeli tiket candi mendut tidak perlu lagi untuk membeli tiket ketika memasuki candi pawon.









Comments


Proudly created by DE`CIRCLE HISTORY and GENTA SEJARAH

  • Facebook Clean
  • Twitter Clean
  • Flickr Clean
bottom of page